Ketua Senat Kerajaan Kamboja Samdech Akka Moha Sena Padei Techo Hun Sen menyampaikan pernyataan kuncinya dalam agenda Kuliah Kepemimpinan Sekolah Pemerintahan ERIA di Jakarta, Selasa (6/5/2024). (Foto: Fauzan)
Bekasi Terkini - Ketua Senat Kamboja Hun Sen menyoroti peran besar Indonesia dalam mewujudkan perdamaian di negaranya setelah gejolak politik dan perang saudara yang berdampak hingga tingkat kawasan selama berdasawarsa.
Dalam pidato kunci yang disampaikannya dalam agenda Kuliah Kepemimpinan Sekolah Pemerintahan ERIA di Jakarta, Selasa (5/5/25), Hun Sen menyatakan bahwa peran Indonesia tersebut terlihat dalam Konferensi Paris untuk mencari solusi mengakhiri konflik besar di Kamboja pada dasawarsa 1970-an hingga akhir 1980-an.
Baca juga : Hamas: Israel Lakukan Serangan Brutal Berujung Genosida di Rumah Sakit Gaza
“Prancis dan Indonesia, misalnya, punya peran kunci sebagai ketua bersama (co-chairs) Konferensi Paris untuk Kamboja di mana banyak sekali diskusi berlangsung di sana,” kata Hun Sen.
Menurutnya, konferensi tersebut dilaksanakan di tengah meluasnya konflik di Kamboja dan kawasan Indochina setelah jatuhnya rezim Khmer Merah (Khmer Rouge) Kamboja pimpinan Pol Pot pada 1979.
Hingga akhirnya dari konferensi tersebut berhasil menghasilkan sebuah Kesepakatan Perdamaian untuk mewujudkan penyelesaian jalur politik secara komprehensif di Kamboja yang ditandatangani pada 23 Oktober 1991.
Baca juga : Israel Klaim Serangan ke Sekolah Gaza Bertujuan Singkirkan Hamas
Hun Sen mengatakan, selain dalam Konferensi Paris, Indonesia juga sebelumnya memainkan peran menjadi tuan rumah “Jakarta Informal Meeting” pertama (JIM I) pada 1988 untuk membahas pembentukan dewan tingkat tinggi untuk unifikasi nasional usulan dirinya.
“Jakarta Informal Meeting” memberi dasar-dasar yang dibutuhkan untuk mencapai kesepakatan mengakhiri konflik dan, pada akhirnya, mewujudkan perdamaian di Kamboja, kata Hun Sen yang pernah menjadi perdana menteri Kamboja selama hampir 30 tahun itu.
Rahmadina Sundari
Bagikan